PERUBAHAN-PERUBAHAN BAHASA DI ISRAEL SEKITAR JAMAN YESUS
Saturday, September 22, 2018
Add Comment
Pdt.Budi Asali, M.Div.
PERUBAHAN-PERUBAHAN BAHASA DI ISRAEL SEKITAR JAMAN YESUS. Di
sini saya memberikan penjelasan beserta kutipan dari buku-buku /
encyclopedia yang menunjukkan bagaimana terjadinya perubahan bahasa dari
Ibrani menjadi Aram, dan lalu menjadi Yunani, di kalangan orang-orang
Yahudi pada jaman Yesus, baik di luar maupun di dalam Palestina.
a) Pertama-tama perlu diketahui tentang terjadinya pergantian kerajaan / kekaisaran yang satu dengan yang lain pada jaman itu.
Ada
4 kekaisaran, yaitu kekaisaran Babilonia, yang melakukan pembuangan
terhadap orang-orang Yahudi, lalu disusul oleh kekaisaran Persia, yang
mengijinkan orang-orang Yahudi kembali ke negara mereka, dan lalu
kekaisaran Yunani, dan terakhir kekaisaran Romawi.
Halley’s
Bible Handbook: “World power of Biblical Times. ... Babylonian Empire.
606-536 BC. Destroyed Jerusalem. Carried Judah away. Jews’ Captivity
co-eval with Empire. Persian Empire. 536-330 BC. Permitted Jews’ Return
from Captivity, and aided in their Re-Establishment as a Nation. Greek
Empire. 330-146 BC. Ruled Palestine in central period between Old and
New Testament. Roman Empire. 146 BC-AD 476. Rules the world when Christ
appeared. In its day the church was formed” [= Kekuatan / kuasa dunia
dari jaman Alkitab. .... Kekaisaran Babilonia. 606-536 SM. Menghancurkan
Yerusalem. Membawa Yehuda (ke dalam pembuangan). Pembuangan
orang-orang Yahudi sejaman dengan kekaisaran. Kekaisaran Persia.
536-330 SM. Mengijinkan orang-orang Yahudi kembali dari pembuangan, dan
dibantu dalam pendirian mereka kembali sebagai suatu bangsa.
Kekaisaran Yunani. 330-146 SM. Memerintah Palestina dalam masa
pertengahan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kekaisaran
Romawi. 146 SM.-476 M. Menguasai dunia pada saat Kristus muncul. Dalam
jaman itu gereja dibentuk] - hal 40-41.
b) Pergantian kekaisaran-kekaisaran ini menyebabkan terjadinya perubahan bahasa yang digunakan oleh orang-orang Yahudi.
1. Pembuangan ke Babilonia pada jaman kekaisaran Babilonia membuat bahasa mereka berubah menjadi bahasa Aram.
Halley’s
Bible Handbook: “The Aramic language. This was the common language of
the Palestine in Jesus’ day. After the Return from Babyloninan
Captivity it has gradually displaced Hebrew as the ordinary speech of
the people. It was the ancient language of Syria, very similar to
Hebrew” ( = Bahasa Aram / Syria. Ini adalah bahasa umum dari Palestina
pada jaman Yesus. Setelah kembali dari pembuangan Babilonia, bahasa
Aram itu perlahan-lahan / secara bertahap menggantikan bahasa Ibrani
sebagai bahasa pembicaraan umum dari bangsa itu) - hal 410.
Halley’s
Bible Handbook: “The Targums. These were translations of the Hebrew
Old Testament books into Aramaic, oral translations, paraphrases, and
interpretations reduced to writings. They became necessary as the use
of Aramaic became prevalent in Palestine” ( = Targum-targum. Ini adalah
terjemahan-terjemahan dari kitab-kitab Perjanjian Lama bahasa Ibrani
ke dalam bahasa Aram, terjemahan-terjemahan lisan, parafrase /
terjemahan dengan kata-kata sendiri, dan penafsiran-penafsiran yang
diturunkan menjadi tulisan-tulisan. Itu perlu karena penggunaan bahasa
Aram menjadi umum / merata / lazim di Palestina) - hal 410.
Encyclopedia Britannica 2007 (dengan topik ‘Aramaic language’):
“Aramaic
is thought to have first appeared among the Aramaeans about the late
11th century BC. By the 8th century BC it had become accepted by the
Assyrians as a second language. The mass deportations of people by the
Assyrians and the use of Aramaic as a lingua franca by Babylonian
merchants served to spread the language, so that in the 7th and 6th
centuries BC it gradually supplanted Akkadian as the lingua franca of
the Middle East. It subsequently became the official language of the
Achaemenian Persian dynasty (559–330 BC), though after the conquests of
Alexander the Great, Greek displaced it as the official language
throughout the former Persian empire. Aramaic dialects survived into
Roman times, however, particularly in Palestine and Syria. Aramaic had
replaced Hebrew as the language of the Jews as early as the 6th century
BC. Certain portions of the Old Testament - i.e., the books of Daniel
and Ezra - are written in Aramaic, as are the Babylonian and Jerusalem
Talmuds. Among the Jews, Aramaic was used by the common people, while
Hebrew remained the language of religion and government and of the upper
class. Jesus and the Apostles are believed to have spoken Aramaic, and
Aramaic-language translations (Targums) of the Old Testament
circulated. Aramaic continued in wide use until about AD 650, when it
was supplanted by Arabic” [= Bahasa Aram dianggap mula-mula muncul di
antara orang-orang Aram sekitar akhir abad 11 SM. Pada abad 8 SM.
bahasa itu diterima oleh orang-orang Asyur sebagai bahasa yang kedua.
Pembuangan masal bangsa itu oleh orang-orang Asyur dan penggunaan
bahasa Aram sebagai lingua franca oleh pedagang-pedagang Babilonia
menyebabkan penyebaran dari bahasa itu, sehingga pada abad ke 7 dan ke 6
SM. bahasa itu menggantikan bahasa Akadian sebagai lingua franca dari
Timur Tengah. Setelah itu, bahasa itu menjadi bahasa resmi dari dinasti
Persia Achamenian (559-330 SM.), sekalipun setelah penaklukan dari
Alexander yang Agung, bahasa Yunani menggantikannya sebagai bahasa
resmi di seluruh kekaisaran Persia. Tetapi dialek Aram tetap hidup pada
jaman Romawi, khususnya di Palestina dan Syria. Bahasa Aram telah
menggantikan bahasa Ibrani sebagai bahasa dari orang-orang Yahudi pada
abad 6 SM. Bagian-bagian tertentu dari Perjanjian Lama - misalnya
kitab-kitab Daniel dan Ezra - ditulis dalam bahasa Aram, sama seperti
Talmud-talmud Babilonia dan Yerusalem. Di antara orang-orang Yahudi,
bahasa Aram digunakan oleh orang-orang biasa, sementara bahasa Ibrani
tetap tinggal sebagai bahasa agama dan pemerintahan dan dari
orang-orang kelas atas. Yesus dan rasul-rasul dipercaya telah berbicara
dalam bahasa Aram, dan terjemahan-terjemahan bahasa Aram
(Targum-targum) dari Perjanjian Lama beredar. Bahasa Aram terus
digunakan secara luas sampai sekitar tahun 650 M., pada waktu bahasa
itu digantikan oleh bahasa Arab].
2. Pada waktu kekaisaran
Romawi mengalahkan kekaisaran Yunani, terjadi suatu keanehan, yaitu
sang penakluk justru mengadopsi bahasa dari kekaisaran yang
ditaklukkan. Jadi, Yunani menjadi bahasa dari kekaisaran Romawi,
sehingga pada saat kekaisaran Romawi menguasai Palestina, maka bahasa
orang-orang Yahudi berubah menjadi Yunani. Tetapi mereka tidak membuang
bahasa Aram, sehingga mereka menguasai kedua bahasa tersebut.
The
Interpreter’s One-Volume Commentary on the Bible: “After the exile the
everyday language of the Jews came to be Aramaic, ... At first they
added it to their own Hebrew speech and then gradually they gave up
using Hebrew except in worship. ... Before that time the development of
the 2 languages was perhaps more or less parallel. But in the following
cents. Aramaic grew to be the official language of the successive
great Assyrian, Neo-Babylonian, and Persian empires. ... When the
Assyrian began their conquests of the Near Eastern world they found
Aramaic dialects spoken over so many of the conquered areas that they
began to use a simplified form of the language for administrative,
military, and business communication. ... When the Chaldeans and later
the Persians took over the power they continued this practice. Even
under the successors of Alexander the Great, Greek only slowly pushed
back but did not eliminate Aramaic as the universal language of the
Near East” ( = Setelah pembuangan, bahasa sehari-hari dari orang-orang
Yahudi menjadi bahasa Aram, ... Mula-mula mereka menambahkan bahasa
Aram pada bahasa Ibrani mereka sendiri, dan lalu secara bertahap mereka
berhenti menggunakan bahasa Ibrani selain dalam ibadah. ... Sebelum
waktu itu pengembangan dari 2 bahasa itu mula-mula mungkin kurang lebih
paralel / sama. Tetapi dalam abad-abad setelahnya bahasa Aram
bertumbuh menjadi bahasa resmi dari kekaisaran-kekaisaran Asyur,
Neo-Babilonia, dan Persia. ... Pada waktu Asyur memulai penaklukan
mereka terhadap dunia Timur Dekat, mereka mendapati dialek Aram
digunakan di begitu banyak daerah sehingga mereka mulai menggunakan
bentuk yang disederhanakan dari bahasa itu untuk komunikasi
administratif, militer, dan bisnis. ... Pada waktu orang-orang Kasdim
dan belakangan orang-orang Persia mengambil alih kekuasaan, mereka
melanjutkan praktek ini. Bahkan di bawah pengganti dari Alexander yang
Agung, bahasa Yunani hanya secara perlahan-lahan mendesak, tetapi tidak
menghapuskan bahasa Aram sebagai bahasa universal dari Timur Dekat) -
hal 1197-1198.
Eerdmans’ Family Encyclopedia of the Bible:
“The Romans. ... So Rome became a world power. But there were great
changes. The Greeks had a remarkable influence on their conquerors.
Romans studied Greek language and thought and copied Greek styles of
art and writing” ( = Orang-orang Romawi. ... Demikianlah Romawi menjadi
penguasa dunia. ... Tetapi ada perubahan-perubahan besar. Orang-orang
Yunani mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap penakluk-penakluk
mereka. Orang-orang Romawi mempelajari bahasa dan pemikiran Yunani, dan
meniru gaya-gaya seni dan tulisan Yunani) - hal 26.
Eerdmans’
Family Encyclopedia of the Bible: “Greek influence. The high point of
Greek civilization belongs to the period before Alexander. The later
period is known as the Hellenistic age (from ‘Hellen,’ meaning
‘Greek’). During this time Greek became an international language for
the eastern Mediterranean and beyond. It was the language of trade, and
of education and writing, even for people who still usually spoke
their own languages. Even the Jews were influenced by it. In the second
century BC the Old Testament was translated into Greek at Alexandria
in Egypt, for the Greek-speaking Jews there. This translation, called
the Septuagint, was the version of the Old Testament best known to the
first Christians” [= Pengaruh Yunani. Kebudayaan Yunani mencapai titik
tertinggi pada jaman sebelum Alexander. Periode belakangan dikenal
sebagai jaman Helenisasi / peyunanian (dari ‘Hellen’, artinya
‘Yunani’). Dalam sepanjang masa ini Yunani menjadi bahasa internasional
bagi bagian Timur dan seterusnya dari Laut Tengah. Itu adalah bahasa
dari perdagangan, dan pendidikan dan tulisan, bahkan bagi orang-orang
yang pada umumnya tetap menggunakan bahasa mereka sendiri. Bahkan
orang-orang Yahudi dipengaruhi olehnya. Pada abad ke 2 SM. Perjanjian
Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani di Alexandria di Mesir, bagi
orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani di sana. Terjemahan ini, yang
disebut Septuaginta, merupakan versi Perjanjian Lama yang paling
dikenal oleh orang-orang kristen mula-mula] - hal 25.
c) Lalu bagaimana ‘nasib’ bahasa Ibrani sendiri?
Encyclopedia Britannica 2007 (dengan topik ‘Hebrew language’):
“Spoken
in ancient times in Palestine, Hebrew was supplanted by the western
dialect of Aramaic beginning about the 3rd century BC; the language
continued to be used as a liturgical and literary language, however. It
was revived as a spoken language in the 19th and 20th centuries and is
the official language of Israel. The history of the Hebrew language is
usually divided into four major periods: Biblical, or Classical,
Hebrew, until about the 3rd century BC, in which most of the Old
Testament is written; Mishnaic, or Rabbinic, Hebrew, the language of
the Mishna (a collection of Jewish traditions), written about AD 200
(this form of Hebrew was never used among the people as a spoken
language); Medieval Hebrew, from about the 6th to the 13th century AD,
when many words were borrowed from Greek, Spanish, Arabic, and other
languages; and Modern Hebrew, the language of Israel in modern times.”
[= Bahasa Ibrani yang digunakan pada jaman kuno di Palestina, digantikan
oleh dialek barat dari bahasa Aram pada sekitar permulaan abad ke 3
SM.; tetapi bahasa itu (Ibrani) tetap digunakan sebagai bahasa liturgi
dan literatur. Bahasa itu hidup kembali sebagai bahasa pembicaraan pada
abad 19 dan 20, dan merupakan bahasa resmi dari Israel. Sejarah dari
bahasa Ibrani biasanya dibagi dalam 4 periode besar: bahasa Ibrani
Biblika atau Klasik, sampai sekitar abad 3 SM., dalam mana sebagian
besar dari Perjanjian Lama ditulis; bahasa Ibrani Mishnaik atau
Rabbinik, bahasa dari Mishna (suatu koleksi / kumpulan dari tradisi
Yahudi), ditulis sekitar tahun 200 M. (bentuk bahasa Ibrani ini tidak
pernah dipakai di antara bangsa itu sebagai bahasa pembicaraan); bahasa
Ibrani abad pertengahan, dari sekitar abad ke 6 sampai abad ke 13 M.,
pada waktu banyak kata-kata dipinjam dari bahasa Yunani, Spanyol dan
Arab, dan bahasa-bahasa lain; dan bahasa Ibrani Modern, bahasa dari
Israel pada jaman modern].
Catatan: kalau dilihat dari kutipan
di atas ini, memang jelas bahwa bahasa Ibrani pernah berhenti
digunakan sebagai bahasa pembicaraan.
d) Perubahan bahasa
dari Ibrani ke Aram, lalu ke Yunani, merupakan suatu keuntungan yang
luar biasa untuk penyebaran kekristenan pada abad-abad awal!
Philip
Schaff: “The literature of the ancient Greeks and the universal empire
of the Romans were, next to the Mosaic religion, the chief agents in
preparing the world for Christianity” [= Literatur dari orang-orang
Yunani kuno dan kekaisaran universal Romawi dari orang-orang Romawi,
setelah agama Musa, merupakan agen-agen utama dalam mempersiapkan dunia
bagi kekristenan] - ‘History of the Christian Church’, vol I, hal 76.
Philip
Schaff: “Greece gave the apostles the most copious and beautiful
language to express the divine truth of the Gospel, and Providence had
long before so ordered political movements as to spread that language
over the world and to make it the organ of civilization and
international intercourse” ( = Yunani memberikan rasul-rasul bahasa
yang paling berlimpah-limpah dan indah untuk menyatakan kebenaran ilahi
dari Injil, dan Providensia, dari lama sebelumnya, telah mengatur
gerakan politik sehingga menyebarkan bahasa itu di seluruh dunia dan
membuatnya sebagai alat dari hubungan kebudayaan dan internasional) -
‘History of the Christian Church’, vol I, hal 77.
Philip
Schaff: “Under the protection of the Roman law the apostles could
travel everywhere and make themselves understood through the Greek
language in every city of the Roman domain” ( = Di bawah perlindungan
dari hukum Romawi rasul-rasul bisa bepergian kemana-mana dan membuat
diri mereka dimengerti melalui bahasa Yunani di setiap kota dari daerah
kekuasaan Romawi) - ‘History of the Christian Church’, vol I, hal 78.
e)
Kitab Suci sendiri juga menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi di
Palestina, dan bahkan Yerusalem sendiri, juga menggunakan bahasa
Yunani.
Untuk ini mari kita melihat beberapa text Kitab Suci.
1.
Kis 6:1 - “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah,
timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa
Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda
mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari”.
KJV: ‘the Grecians against the Hebrews’ ( = orang-orang Yunani terhadap orang-orang Ibrani).
Kebanyakan
penafsir beranggapan bahwa yang dimaksud dengan ‘Grecians’ ( =
orang-orang Yunani) dalam text ini adalah bukan betul-betul
‘orang-orang Yunani’, tetapi ‘orang-orang Yahudi yang sudah tidak lagi
berbahasa Ibrani, tetapi berbahasa Yunani’. Ini jelas, karena kalau
dilihat kontext dari Kisah Rasul, sampai pada masa itu belum ada
penginjilan terhadap orang-orang non Yahudi.
Sedangkan yang
dimaksud dengan ‘Hebrews’ ( = orang-orang Ibrani) adalah orang-orang
Yahudi yang berbahasa Aram. Kelihatannya, satu-satunya penafsir yang
berpandangan lain sendiri dalam hal ini, adalah Albert Barnes. Ia
menganggap bahwa istilah yang kedua ini menunjuk kepada orang-orang
Yahudi yang berbahasa Ibrani.
Adam Clarke (tentang Kis 6:1):
“Those who are here termed ‘Grecians,’ HELLEENISTOON, or Hellenists,
were Jews who sojourned now at Jerusalem, but lived in countries where
the Greek language was spoken, and probably in general knew no other.
They are distinguished here from those called ‘Hebrews,’ by which we
are to understand native Jews, who spoke what was then termed the
Hebrew language a sort of Chaldaio-Syriac” [= Mereka yang di sini
disebut dengan istilah ‘orang-orang Yunani’, HELLENEENISTOON, atau
Hellenists, adalah orang-orang Yahudi yang sekarang tinggal sementara
di Yerusalem, tetapi hidup di negara-negara dimana bahasa Yunani
digunakan, dan mungkin pada umumnya tidak mengenal bahasa lain (selain
Yunani). Di sini mereka dibedakan dari mereka yang disebut ‘orang-orang
Ibrani’, dengan mana kita memaksudkan orang-orang Yahudi asli, yang
berbicara dalam bahasa yang pada saat itu disebut dengan istilah
‘bahasa Ibrani’, suatu jenis bahasa Chaldaio-Syriac].
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang Kis 6:1): “‘There arose a murmuring of
the Grecians,’ HELLEENISTOON - not Greeks, but Greek-speaking Jews, who
for the most part were born in foreign countries; ‘Against the
Hebrews’ - those Jews, born in Palestine, whose mother-tongue was
Hebrew (more strictly Syro-Chaldaic or Aramaic)” [= ‘Di sana muncul
sungut-sungut dari orang-orang Yunani’, HELLENEENISTOON - bukan
orang-orang Yunani, tetapi orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa
Yunani, yang sebagian besar dilahirkan di negara-negara asing;
‘terhadap orang-orang Ibrani’ - orang-orang Yahudi yang lahir di
Palestina, yang bahasa ibunya / aslinya adalah bahasa Ibrani (lebih
tepat / ketat Syro-Chaldaic atau Aram)].
Albert Barnes
(tentang Kis 6:1): “In the time when the gospel was first preached,
there were two classes of Jews - those who remained in Palestine, who
used the Hebrew language, and who were appropriately called ‘Hebrews;’
and those who were scattered among the Gentiles, who spoke the Greek
language, and who used in their synagogues the Greek translation of the
Old Testament, called the Septuagint. These were called ‘Hellenists,’
or, as it is in our translation, ‘Grecians.’ ... Dissensions would be
very likely to arise between these two classes of persons. The Jews of
Palestine would pride themselves much on the fact that they dwelt in
the land of the patriarchs and the land of promise; that they used the
language which their fathers spoke, and in which the oracles of God
were given” [= Pada jaman dimana Injil pertama-tama diberitakan, ada 2
golongan orang-orang Yahudi - mereka yang tetap ada di Palestina, yang
menggunakan bahasa Ibrani, dan yang dengan tepat disebut ‘orang-orang
Ibrani’; dan mereka yang tersebar di antara orang-orang non Yahudi,
yang berbicara bahasa Yunani, dan yang menggunakan dalam
sinagog-sinagog mereka terjemahan Yunani dari Perjanjian Lama, yang
disebut Septuaginta. Ini disebut ‘Hellenists’, atau, seperti dalam
terjemahan kita, ‘orang-orang Yunani’. ... Perselisihan mudah sekali
muncul di antara kedua golongan orang ini. Orang-orang Yahudi di
Palestina sangat membanggakan diri mereka sendiri pada fakta bahwa
mereka tinggal di tanah dari bapa-bapa mereka (Abraham, Ishak dan
Yakub) dan tanah perjanjian; bahwa mereka menggunakan bahasa yang
digunakan nenek moyang mereka, dan dalam mana Firman Allah diberikan].
Wycliffe
Bible Commentary (tentang Kis 6:1): “Jews who were natives of
Palestine spoke primarily Aramaic; but Jews who had lived in the
Mediterranean world outside of Palestine spoke Greek and often did not
know Aramaic. Many of these Diaspora Jews returned to Jerusalem to
live, and some of them were converted and came into the church. A
contention now arose between the Greek-speaking Christians (Grecians)
and the Aramaic-speaking Christians (Hebrews)” [= Orang-orang Yahudi
yang adalah penduduk asli dari Palestina terutama berbicara bahasa
Aram; tetapi orang-orang Yahudi yang telah tinggal di dunia Laut Tengah
di luar Palestina berbicara bahasa Yunani dan seringkali tidak
mengenal bahasa Aram. Banyak dari orang-orang Yahudi yang tersebar ini
kembali ke Yerusalem untuk tinggal di sana, dan sebagian dari mereka
dipertobatkan dan masuk ke dalam gereja. Sekarang suatu pertikaian
muncul di antara orang-orang kristen yang berbicara bahasa Yunani
(orang-orang Yunani) dan orang-orang kristen yang berbicara bahasa Aram
(orang-orang Ibrani)].
A. T. Robertson (tentang Kis 6:1):
“‘Against the Hebrews.’ ... The Jewish Christians from Jerusalem and
Palestine. The Aramaean Jews of the Eastern Dispersion are usually
classed with the Hebrew (speaking Aramaic) as distinct from the Grecian
Jews or Hellenists” [= ‘Terhadap orang-orang Ibrani’. ... Orang-orang
kristen Yahudi dari Yerusalem dan Palestina. Orang-orang Yahudi Aram
dari Penyebaran Timur biasanya digolongkan dengan orang-orang Ibrani
(yang berbicara bahasa Aram) sebagai berbeda dengan orang-orang Yahudi
Yunani atau Hellenists].
Vincent (tentang Kis
6:1): “‘Grecians.’ HELLEENISTOON. The English Revised Version (1885),
much better, ‘Grecian Jews,’ with ‘Hellenists’ in the margin.
‘Grecians’ might easily be understood of Greeks in general. The word
‘Hellenists’ denotes Jews, not Greeks, but Jews who spoke Greek. The
contact of Jews with Greeks was first effected by the conquests of
Alexander. He settled eight thousand Jews in the Thebais, and the Jews
formed a third of the population of his new city of Alexandria. From
Egypt they gradually spread along the whole Mediterranean coast of
Africa. They were removed by Seleucus Nicator from Babylonia, by
thousands, to Antioch and Seleucia, and under the persecutions of
Antiochus Epiphanes scattered themselves through Asia Minor, Greece,
Macedonia, and the AEgean islands. The vast majority of them adopted
the Greek language, and forgot the Aramaic dialect which had been their
language since the Captivity. The word is used but twice in the New
Testament - here and Acts 9:29 - and, in both cases, of Jews who had
embraced Christianity, but who spoke Greek and used the Septuagint
version of the Bible instead of the original Hebrew or the Chaldaic
targum or paraphrase” [= ‘Orang-orang Yunani’. HELLEENISTOON. Versi
English Revised Version (1885) menterjemahkan dengan lebih tepat
‘orang-orang Yahudi Yunani’, dan menuliskan ‘Hellenists’ di catatan
tepi. ‘Orang-orang Yunani’ bisa dengan mudah dimaksudkan sebagai
orang-orang Yunani secara umum. Kata ‘Hellenists’ menunjuk kepada
orang-orang Yahudi, bukan orang-orang Yunani, tetapi orang-orang Yahudi
yang berbicara bahasa Yunani. Pertemuan orang-orang Yahudi dengan
orang-orang Yunani pertama-tama diakibatkan oleh penaklukan Alexander.
Ia menempatkan 8.000 orang-orang Yahudi di Thebais, dan orang-orang
Yahudi itu membentuk sepertiga dari penduduk dari kotanya yang baru,
Alexandria. Dari Mesir mereka perlahan-lahan menyebar di sepanjang
keseluruhan pantai Laut Tengah dari Afrika. Mereka dipindahkan oleh
Seleucus Nicator dari Babilonia, dalam jumlah ribuan, ke Antiokhia dan
Seleukia, dan dibawah penganiayaan Antiochus Epiphanes menyebarkan diri
mereka sendiri di seluruh Asia Kecil, Yunani, Makedonia, dan kepulauan
AEgean. Mayoritas dari mereka mengambil / mengadopsi bahasa Yunani, dan
melupakan dialek Aram yang telah menjadi bahasa mereka sejak
Pembuangan. Kata ini digunakan hanya 2 x dalam Perjanjian Baru - di
sini dan dalam Kis 9:29 - dan, dalam kedua kasus, menunjuk kepada
orang-orang Yahudi yang telah memeluk kekristenan, tetapi yang
berbicara dalam bahasa Yunani and menggunakan Alkitab versi Septuaginta
dan bukannya bahasa Ibrani orisinil atau Targum atau paraphrase Kasdim
/ Aram].
Bdk. Kis 9:29 - “Ia juga berbicara dan bersoal
jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka
itu berusaha membunuh dia”.
William Barclay (tentang Kis 6:1):
“In the Christian Church there were two kinds of Jews. There were the
Jerusalem and the Palestinian Jews who spoke Aramaic, the descendant of
the ancestral language, and prided themselves that there was no
foreign admixture in their lives. There were also Jews from foreign
countries who had come up for Pentecost and made the great discovery of
Christ. Many of these had been away from Palestine for generations;
they had forgotten their Hebrew and spoke only Greek. The natural
consequence was that the spiritually snobbish Aramaic speaking Jews
looked down on the foreign Jews” ( = Dalam Gereja Kristen pada saat itu
ada 2 jenis orang Yahudi. Di sana ada orang-orang Yahudi dari
Yerusalem dan Palestina yang berbicara bahasa Aram, keturunan dari
bahasa nenek moyang, dan membanggakan diri mereka sendiri bahwa tidak
ada campuran asing dalam hidup mereka. Di sana ada juga orang-orang
Yahudi dari negara-negara asing yang telah datang ke sana pada hari
Pentakosta dan membuat penemuan besar tentang Kristus. Banyak dari
mereka yang telah tinggal jauh dari Palestina selama banyak generasi;
mereka telah melupakan bahasa Ibrani mereka dan mereka berbicara hanya
dalam bahasa Yunani. Konsekwensi yang wajar / biasa adalah bahwa
orang-orang Yahudi yang sombong rohani yang berbicara bahasa Aram ini
memandang rendah orang-orang Yahudi asing) - hal 51-52.
2. Kis
8:27-35 - “(27) Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia,
seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu
negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. (28) Sekarang
orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya
sambil membaca kitab nabi Yesaya. (29) Lalu kata Roh kepada Filipus:
‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’ (30) Filipus segera ke
situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata
Filipus: ‘Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?’ (31) Jawabnya:
‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’
Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. (32) Nas yang
dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa
ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang
menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulutNya. (33) Dalam
kehinaanNya berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan
menceriterakan asal-usulNya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi. (34)
Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: ‘Aku bertanya kepadamu, tentang
siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang
orang lain?’ (35) Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas
itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya”.
Dalam
persoalan text ini boleh dikatakan semua penafsir beranggapan bahwa
sida-sida itu membaca text Yesaya dari LXX / Septuaginta. Ini memang
bisa dipastikan karena sida-sida itu bukan orang Yahudi, dan karena itu
tidak mungkin ia bisa membaca dari Perjanjian Lama bahasa Ibrani.
Lalu
Filipus menjelaskan kepadanya, jelas juga dari Kitab Suci yang sedang
dibaca oleh sida-sida tersebut, yaitu LXX / Septuaginta! Ini
membuktikan secara meyakinkan bahwa Filipus bisa berbahasa Yunani.
3.
Kis 11:19-20 - “(19) Sementara itu banyak saudara-saudara telah
tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati.
Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka
memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. (20) Akan tetapi di antara
mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di
Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan
memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan”.
Tentang text
ini diperdebatkan apakah istilah ‘orang-orang Yunani’ dalam Kis 19:20
itu menunjuk kepada ‘orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani’, atau
‘orang-orang Yunani’. Adam Clarke bahkan mengatakan bahwa di sini ada
textual problem, yaitu adanya 2 macam pembacaan dalam naskah bahasa
Yunani. Saya sangat condong pada yang kedua (‘orang-orang Yunani’).
Tetapi apakah kata-kata ‘orang-orang Yunani’ diartikan betul-betul
sebagai ‘orang-orang Yunani’ atau sebagai ‘orang-orang Yahudi yang
berbahasa Yunani’, itu tetap menunjukkan bahwa para pemberi Injil itu,
yang adalah orang-orang Yahudi, pasti bisa berbahasa Yunani.
f) LXX / Septuaginta.
Bukti
lain bahwa bahasa Yunani merupakan bahasa yang digunakan secara sangat
luas, bahkan di antara orang-orang Yahudi adalah fakta bahwa
Perjanjian Lama yang digunakan Yesus dan rasul-rasul, dan juga oleh
orang-orang kristen pada abad-abad awal adalah LXX / Septuaginta. Ini
sudah terlihat dari kutipan-kutipan di atas, tetapi saya akan memberikan
tambahan lagi dari kata-kata Alfred Edersheim dan dari buku-buku lain
di bawah ini. Alfred Edersheim ini adalah orang Yahudi, yang kalau
dilihat dari buku-bukunya, mempunyai keahlian khusus dalam persoalan
tradisi dan latar belakang dari Kitab Suci.
Alfred Edersheim:
“These Jews of the West are known by the term Hellenists, from
HELLENIZEIN, ‘to conform to the language and manners of the Greeks.’” ( =
Orang-orang Yahudi dari Barat ini dikenal dengan istilah ‘Hellenists’ /
‘orang-orang Hellenist’, yang berasal dari kata HELLENIZEIN,
‘menyesuaikan diri terhadap bahasa dan cara-cara dari orang-orang
Yunani’) - ‘The Life and Times of Jesus the Messiah’, hal 13.
Alfred
Edersheim: “the Hellenists were credited with the study of Greek
literature, and that through them, if not more directly, the
Palestinians had become acquainted with it. ... First and foremost, we
have here the Greek translation of the Old Testament, venerable not only
as the oldest, but as that which at the time of Jesus held the place
of our Authorized Version, and as such is so often, although freely,
quoted, in the New Testament. Nor need we wonder that it should have
been the people’s Bible, not merely among the Hellenists, but in
Galilee, and even in Judaea. It was not only, as already explained, that
Hebrew was no longer the ‘vulgar tongue’ in Palestine, and that
written Targumim were prohibited. But most, if not all, at least in
towns, would understand the Greek version” [= orang-orang Hellenist ini
dihargai / diakui / dipercaya dengan pelajaran tentang literatur
Yunani, dan bahwa melalui mereka, jika bukannya dengan lebih langsung,
orang-orang Palestina mengenalnya. ... Pertama dan yang terutama, kita
mempunyai di sini terjemahan bahasa Yunani dari Perjanjian Lama, patut
dimuliakan bukan hanya sebagai yang tertua, tetapi karena pada jaman
Yesus itu memegang kedudukan seperti Authorized Version (AV / KJV) kita,
dan begitu sering dikutip, sekalipun secara bebas, dalam Perjanjian
Baru. Kita tidak perlu heran bahwa itu menjadi Alkitab orang-orang,
bukan hanya di antara Hellenists, tetapi di Galilea, dan bahkan di
Yudea. Bukan hanya, seperti telah dijelaskan, bahwa bahasa Ibrani bukan
lagi bahasa umum di Palestina, dan bahwa Targum yang tertulis dilarang.
Tetapi mayoritas, kalau bukannya semuanya, setidaknya di kota-kota,
mengerti versi Yunani] - ‘The Life and Times of Jesus the Messiah’, hal
16.
Alfred Edersheim: “Whether or not the LXX. was read in
the Hellenist Synagogues, and the worship conducted, wholly or partly,
in Greek, must be matter of conjecture. ... among those who spoke a
barbarous language (not Hebrew, the term referring specially to Greek),
it was the custom for one person to read the whole Parashah (or lesson
for the day), while among the Hebrew-speaking Jews this was done by
seven persons, successively called up. This seems to imply that either
the Greek text alone was read, or that it followed a Hebrew reading,
like the Targum of the Easterns. More probably, however, the former
would be the case, since both Hebrew manuscripts, and persons qualified
to read them, would be difficult to procure. At any rate, we know that
the Greek Scriptures were authoritatively acknowledged in Palestine,
and that the ordinary daily prayers might be said in Greek” [= Apakah
LXX dibacakan di sinagog-sinagog Hellenist, dan ibadah diadakan,
seluruhnya atau sebagian, dalam bahasa Yunani, tetap menjadi persoalan
dugaan / yang tidak pasti. ... di antara mereka yang berbicara ‘bahasa
barbar’ (bukan Ibrani, istilah ini menunjuk khususnya pada bahasa
Yunani), merupakan kebiasaan bagi satu orang untuk membacakan seluruh
PARASHAH (atau ‘pelajaran untuk hari itu’), sementara di antara
orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Ibrani ini dilakukan oleh 7
orang, dipanggil secara berturut-turut. Ini kelihatannya menunjukkan
bahwa atau text Yunani saja yang dibacakan, atau bahwa itu disusul oleh
suatu pembacaan bahasa Ibrani, seperti Targum dari orang-orang Timur.
Tetapi lebih mungkin bahwa yang terdahululah yang benar, karena baik
manuscripts Ibrani, dan orang-orang yang memenuhi syarat untuk
membacanya, sukar didapatkan. Bagaimanapun juga, kami mengetahui bahwa
Kitab Suci Yunani diakui otoritasnya di Palestina, dan bahwa doa-doa
harian biasa diucapkan dalam bahasa Yunani] - ‘The Life and Times of
Jesus the Messiah’, hal 19.
Eerdmans’ Family Encyclopedia of
the Bible: “One of the most important translation is the Greek version
of the Old Testament, the Septuagint. Greek speaking Jews and many
Christians used the Septuagint in the first Christian centuries. Another
early document, The Letter of Aristeas, suggests that the Septuagint
was compiled for Jews living in Egypt during the reign of Pharaoh
Ptolemy Philadelphus (285-246 BC). Greek was the main language of the
Roman Empire, and several other Greek versions of the Old Testament were
in use during the first Christian centuries” [= Salah satu dari
terjemahan yang paling penting adalah versi Yunani dari Perjanjian Lama,
yaitu Septuaginta. Orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani dan
banyak orang-orang kristen menggunakan Septuaginta pada abad-abad awal
kristen. Dokumen awal lainnya, Surat Aristeas, memberikan kesan bahwa
Septuaginta disusun bagi orang-orang Yahudi yang hidup di Mesir selama
pemerintahan dari Firaun Ptolemy Philadelphus (285-246 SM). Yunani
adalah bahasa utama dari kekaisaran Romawi, dan beberapa versi Yunani
lain dari Perjanjian Lama digunakan dalam abad-abad awal kristen] - hal
66.
Halley’s Bible Handbook: “A Greek translation of the Old
Testament called ‘The Septuagint,’ made in the 3rd century BC, was in
common use in Jesus’ day. Greek was the language in general use
throughout the Roman world” ( = Suatu terjemahan bahasa Yunani dari
Perjanjian Lama disebut ‘Septuaginta’ dibuat pada abad ke 3 SM,
digunakan secara umum pada jaman Yesus. Yunani adalah bahasa yang
digunakan secara umum di seluruh dunia Romawi) - hal 753-754.
Eerdmans’
Family Encyclopedia of the Bible: “For many Christians in the first
century ‘the Bible’ was the Greek translation of the Old Testament (the
Septuagint) which was begun in the third century BC” [= Bagi banyak
orang-orang kristen pada abad pertama ‘Alkitab’ adalah terjemahan
Yunani dari Perjanjian Lama (Septuaginta) yang dimulai pada abad ke 3
SM] - hal 69.
Halley’s Bible Handbook: “The Septuagint. This
was the translation of the Hebrew Old Testament into Greek. It was made
in Alexandria, where there were many Greek speaking Jews. Tradition
has it that, at the request of Ptolemy Philadelphus (285-247 BC), 70
Jews, skillful linguists, were sent from Jerusalem to Egypt. The
Pentateuch was first translated. Later the rest of the Old Testament
books were added to the translation. It was called the ‘Septuagint’
from the 70 translators who were reputed to have begun it. Greek was
the language of the world at that time. This version was in common use
in the days of Christ. The New Testament was written in Greek. Many of
its quotations from the Old Testament are from the Septuagint” [=
Septuaginta. Ini adalah terjemahan dari Perjanjian Lama bahasa Ibrani
ke dalam bahasa Yunani. Itu dibuat di Alexandria, dimana ada banyak
orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani. Tradisi mengatakan
bahwa karena permintaan dari Ptolemy Philadelphus (285-247 SM), 70
orang Yahudi, ahli-ahli bahasa, dikirim dari Yerusalem ke Mesir.
Pentateuch (5 kitab Musa, yaitu Kejadian-Ulangan) diterjemahkan lebih
dulu. Belakangan sisa dari kitab-kitab Perjanjian Lama ditambahkan pada
terjemahan itu. Itu disebut ‘Septuaginta’, dari 70 penterjemah yang
dianggap telah memulainya. Yunani adalah bahasa dunia pada saat itu.
Versi ini digunakan secara umum pada jaman Kristus. Perjanjian Baru
ditulis dalam bahasa Yunani. Banyak dari kutipan-kutipannya dari
Perjanjian Lama diambil dari Septuaginta] - hal 409.
Nelson’s
Bible Dictionary (dengan topik ‘Bible versions and translations’):
“When Christianity penetrated the world of the Greek-speaking Jews, and
then the Gentiles, the Septuagint was the Bible used for preaching the
gospel. Most of the Old Testament quotations in the New Testament are
taken from this Greek Bible” [= Pada saat kekristenan memasuki dunia
orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani, dan lalu orang-orang
non Yahudi, Septuaginta adalah (satu-satunya) Alkitab yang digunakan
untuk memberitakan Injil. Kebanyakan kutipan dari Perjanjian Lama dalam
Perjanjian Baru diambil dari Alkitab Yunani ini].
Halley’s
Bible Handbook: “In the New Testament there are about 300 quotations
from these ‘Scriptures’; ... Many of these quotations are from the
Septuagint version of the Old Testament, which was in common use in New
Testament times” ( = Dalam Perjanjian Baru ada kira-kira 300 kutipan
dari ‘Kitab Suci’ ini; ... Banyak dari kutipan-kutipan ini berasal dari
versi Septuaginta dari Perjanjian Lama, yang biasa digunakan pada
jaman Perjanjian Baru) - hal 405.
Contoh dimana Perjanjian Baru mengutip dari LXX / Septuaginta:
1. Kis 7:14 diambil dari LXX / Septuaginta.
Kis 7:14 - “Kemudian Yusuf menyuruh menjemput Yakub, ayahnya, dan semua sanak saudaranya, tujuh puluh lima jiwa banyaknya”.
Dari mana Kis 7:14 bisa mengatakan ‘75’? Perjanjian Lama bahasa Ibrani mengatakan 70.
Kel 1:5 - “Seluruh keturunan yang diperoleh Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa. Tetapi Yusuf telah ada di Mesir”.
Kej
46:26 - “Anak-anak Yusuf yang lahir baginya di Mesir ada dua orang.
Jadi keluarga Yakub yang tiba di Mesir, seluruhnya berjumlah tujuh
puluh jiwa”.
Ul 10:22 - “Dengan tujuh puluh orang nenek
moyangmu pergi ke Mesir, tetapi sekarang ini TUHAN, Allahmu, telah
membuat engkau banyak seperti bintang-bintang di langit.’”.
Kis
7:14 pasti mengambil dari LXX / Septuaginta karena dalam Kej 46:27
Kel 1:5 Ul 10:22 versi LXX / Septuaginta memang disebutkan 75 orang.
2. Mat 12:17-21 diambil dari Yes 42:1-4, sedikitnya dengan menggunakan LXX.
Yes
42:1-4 - “(1) Lihat, itu hambaKu yang Kupegang, orang pilihanKu, yang
kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu ke atasnya, supaya ia
menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. (2) Ia tidak akan berteriak atau
menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. (3) Buluh
yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar
nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan
menyatakan hukum. (4) Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan
patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau
mengharapkan pengajarannya”.
Mat 12:17-21 - “(17) supaya
genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: (18) ‘Lihatlah, itu
HambaKu yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepadaNya jiwaKu berkenan;
Aku akan menaruh rohKu ke atasNya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada
bangsa-bangsa. (19) Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak
dan orang tidak akan mendengar suaraNya di jalan-jalan. (20) Buluh yang
patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya
tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. (21)
Dan padaNyalah bangsa-bangsa akan berharap.’”.
Perhatikan
bagian-bagian yang saya garis-bawahi, yang jelas menunjukkan perbedaan
antara Yes 42:1-4 (versi Ibrani), dengan Mat 12:17-21.
A. T.
Robertson (tentang Mat 12:17): “The passage quoted is Isa. 42:1-4 ‘a
very free reproduction of the Hebrew with occasional side glances at the
Septuagint’ (Bruce)” [= Text yang dikutip adalah Yes 42:1-4 ‘suatu
reproduksi yang sangat bebas dari Ibrani dengan kadang-kadang melihat
sekilas ke samping pada Septuaginta’ (Bruce)].
3. Mat 13:14-15 yang mengutip dari Yes 6:9-10.
Yes
6:9-10 - “(9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada
bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah
sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa
ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya
melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan
mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik
dan menjadi sembuh.’”.
Mat 13:14-15 - “(14) Maka pada mereka
genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan
mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun
tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan
telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan
mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan
mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan
mereka”.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mat 13:14):
“‘The prophecy of Esaias, which saith.’ (Isa. 6:9-10 - here quoted
according to the Septuagint), ‘By hearing ye shall hear, and shall not
understand ... ’” [= Nubuat Yesaya, yang berkata’. (Yes 6:9-10 - di
sini dikutip menurut Septuaginta), ‘dengan mendengar engkau akan
mendengar, dan tidak tidak akan mengerti ...’].
Wycliffe
Bible Commentary (tentang Mat 13:13-15): “Matthew’s quotation follows
the LXX, and emphasizes the obstinate unblief of the people. (The
Hebrew, ‘make the heart of this people fat,’ ...” [= Kutipan Matius
mengikuti LXX, dan menekankan ketidak-percayaan yang keras kepala dari
bangsa itu (Text Ibraninya, ‘membuat hati bangsa ini gemuk’, ...].
4. Mat 13:35 yang mengutip dari Maz 78:2.
Mat
13:35 - “supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: ‘Aku mau
membuka mulutKu mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang
tersembunyi sejak dunia dijadikan.’”.
Maz 78:2 - “Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala”.
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang Mat 13:35): “‘That it might be fulfilled
which was spoken by the prophet, saying’ (Ps. 78:2, nearly as in
Septuagint)” [= Supaya bisa digenapi apa yang diucapkan oleh sang nabi,
yang berkata’ (Maz 78:2, hampir seperti dalam Septuaginta)].
5. Kis 8:32 yang dikutip dari Yes 53:7-8.
Yes
53:7-8 - “(7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan
tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting
bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (8) Sesudah penahanan dan
penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang
memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan
karena pemberontakan umatKu ia kena tulah”.
Kis 8:27-35 -
“(27) Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang
sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri
Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. (28) Sekarang orang
itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil
membaca kitab nabi Yesaya. (29) Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah
ke situ dan dekatilah kereta itu!’ (30) Filipus segera ke situ dan
mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus:
‘Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?’ (31) Jawabnya:
‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’
Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. (32) Nas yang
dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa
ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang
menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulutNya. (33) Dalam
kehinaanNya berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan menceriterakan
asal-usulNya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi. (34) Maka kata
sida-sida itu kepada Filipus: ‘Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah
nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?’
(35) Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia
memberitakan Injil Yesus kepadanya”.
Bandingkan kutipan dalam
Kis 8:32-33 itu dengan aslinya dalam Yes 53:7-8 di atas. Jelas berbeda.
Mengapa bisa berbeda? Karena itu dikutip bukan dari Perjanjian Lama
bahasa Ibrani tetapi dari LXX / Septuaginta.
Adam Clarke
(tentang Kis 8:30): “‘Heard him read the Prophet Esaias.’ The eunuch,
it seems, was reading aloud; and apparently in Greek, for that was the
common language in Egypt; and, indeed, almost in every place it was
understood. And it appears that it was the Greek version of the
Septuagint that he was reading, as the quotation below is from that
version” ( = ‘Mendengarnya membaca nabi Yesaya’. Kelihatannya,
sida-sida itu sedang membaca dengan keras; dan jelas dalam bahasa
Yunani, karena itu adalah bahasa yang umum di Mesir; dan bahkan di
hampir setiap tempat bahasa itu dimengerti. Dan kelihatannya itu adalah
versi Yunani dari Septuaginta yang sedang ia baca, karena kutipan di
bawah adalah dari versi itu).
Jamieson, Fausset & Brown
(tentang Kis 8:28): “‘And sitting in his chariot read Esaias the
prophet.’ - no doubt, in the Greek translation, called the Septuagint” (
= ‘Dan duduk dalam keretanya membaca Yesaya sang nabi’. - tak
diragukan, dalam terjemahan Yunani, yang disebut Septuaginta).
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang Kis 8:32): “‘Of the scripture which he
read was this.’ What follows is from Isa. 53:7-8, almost verbatim as in
the Septuagint” ( = ‘Dari Kitab Suci yang ia baca adalah ini’.
Berikutnya adalah dari Yes 53:7-8, hampir-hampir kata per kata seperti
dalam Septuaginta).
Albert Barnes (tentang Kis 8:32): “This
quotation is taken literally from the Septuagint. It varies very little
from the Hebrew” ( = Kutipan ini diambil secara hurufiah dari
Septuaginta. Itu berbeda sangat sedikit dari text Ibrani).
A.
T. Robertson (tentang Kis 8:28): “He had probably purchased this roll
of Isaiah in Jerusalem and was reading the Septuagint Greek text” ( =
Ia mungkin telah membeli gulungan Yesaya ini di Yerusalem dan sedang
membaca text Yunani Septuaginta).
A. T. Robertson (tentang Kis
8:32): “The quotation is from the Septuagint which has some variations
from the Hebrew” ( = Kutipan ini dari Septuaginta yang mempunyai
beberapa perbedaan dari text Ibrani).
6. Ro 3:10 yang dikutip dari Maz 14:3.
Maz
14:1-3 - “(1) Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata
dalam hatinya: ‘Tidak ada Allah.’ Busuk dan jijik perbuatan mereka,
tidak ada yang berbuat baik. (2) TUHAN memandang ke bawah dari sorga
kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan
yang mencari Allah. (3) Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah
bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak”.
Ro
3:10-12 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun
tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada
seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng,
mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun
tidak”.
Lagi-lagi terlihat dengan jelas bahwa kutipan dalam Ro
3:10-12 berbeda dengan aslinya dalam Maz 14:1-3. Mengapa? Karena
pengutipan dilakukan bukan dari Perjanjian Lama bahasa Ibrani, tetapi
dari LXX / Septuaginta.
Barnes’ Notes: “The passages which
follow, are taken from various parts of the Old Testament. ... Most of
the passages are quoted in the language of the Septuagint. The
quotation in Rom. 3:10-12, is from Ps. 14:1-3; and from Ps. 53:1-3” ( =
Text yang berikut, diambil dari bagian-bagian yang bervariasi dari
Perjanjian Lama. ... Kebanyakan dari text itu dikutip dalam bahasa dari
Septuaginta. Kutipan dalam Ro 3:10-12, adalah dari Maz 14:1-3; dan
dari Maz 53:1-3).
7. 1Pet 4:18 yang dikutip dari Amsal 11:31.
1Pet
4:18 - “Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah
yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?”.
Amsal 11:31, yang merupakan sumber kutipan, berbeda dengan 1Pet 4:18 ini.
Amsal 11:31 - “Kalau orang benar menerima balasan di atas bumi, lebih-lebih orang fasik dan orang berdosa!”.
KJV:
‘Behold, the righteous shall be recompensed in the earth: much more
the wicked and the sinner’ ( = Lihatlah, orang benar akan menerima
balasan di bumi, lebih-lebih orang jahat dan orang berdosa).
Pulpit
Commentary mengatakan bahwa dalam 1Pet 4:18 ini Petrus mengutip Amsal
11:31 dari LXX, yang berbeda dengan bahasa Ibraninya.
Matthew
Henry: “v. 18. This whole verse is taken from Prov. 11:31, Behold the
righteous shall be recompensed in the earth; how much more the wicked
and the sinner? This the Septuagint translates exactly as the apostle
here quotes it” ( = Ay 18. Seluruh ayat ini diambil dari Amsal 11:31,
Lihatlah orang benar akan menerima balasan di bumi; lebih-lebih orang
jahat dan orang berdosa? Ini diterjemahkan oleh Septuaginta persis
seperti sang rasul mengutipnya di sini).
8. Ro 10:13 mengutip dari Yoel 2:32.
Ro 10:13 - “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan”.
Yoel 2:32a - “Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN (Ibrani: YAHWEH) akan diselamatkan,”.
Dalam
terjemahan Indonesia, kedua ayat ini sama [kecuali kata ‘Yahweh’
diganti KURIOU ( = of the Lord / dari Tuhan)]. Tetapi sebetulnya bagian
akhir dari kedua ayat di atas berbeda, seperti yang bisa dilihat dalam
terjemahan KJV. Untuk Ro 10:13, KJV menterjemahkan ‘shall be saved’ ( =
akan diselamatkan), sedangkan untuk Yoel 2:32a, KJV menterjemahkan
‘shall be delivered’ ( = akan dibebaskan).
Gary Mink
(internet): “The Masoretic text of the Hebrew Old Testament says,
‘delivered.’ The Greek says, ‘saved.’ The Greek speaking Paul is
writing to the Greek speaking Romans. It is not surprising that he
quotes from the Greek Old Testament.” ( = Text Masoretik Ibrani dari
Perjanjian Lama berkata ‘membebaskan’. Text Yunani berkata
‘diselamatkan’. Paulus yang berbicara dalam bahasa Yunani sedang
menulis kepada orang-orang Romawi yang berbicara bahasa Yunani. Tidak
mengherankan bahwa ia mengutip dari Perjanjian Lama bahasa Yunani.).
Saya
kira saya sudah menunjukkan secara cukup jelas dan pasti, dari
buku-buku sejarah, encyclopedia, dan dari Kitab Suci sendiri, bahwa
bahasa Yunani pada saat itu merupakan sesuatu yang umum di kalangan
orang Yahudi. Ini berlaku bukan hanya yang di luar Palestina, tetapi
juga di Palestina dan bahkan Yerusalem sendiri. Juga saya telah
menunjukkan tentang munculnya LXX / Septuaginta yang bahkan dipakai
oleh Yesus, rasul-rasul dan orang-orang kristen abad-abad awal, dan
dikutip oleh penulis-penulis Perjanjian Baru (lengkap dengan
contoh-contohnya). Jadi, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa
rasul-rasul tidak bisa berbahasa Yunani.
0 Response to "PERUBAHAN-PERUBAHAN BAHASA DI ISRAEL SEKITAR JAMAN YESUS"
Post a Comment