KELAHIRAN KRITUS DAN MAKNA NATAL BAGI KITA SAAT INI
Saturday, September 15, 2018
Add Comment
Samuel T. Gunawan, SE., M.Th.
KELAHIRAN KRITUS DAN MAKNA NATAL BAGI KITA SAAT INI . “(2:8)
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga
kawanan ternak mereka pada waktu malam. (2:9) Tiba-tiba berdirilah
seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar
meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (2:10) Lalu kata malaikat
itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan
kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (2:11) Hari ini telah
lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (2:12)
Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus
dengan lampin dan terbaring di dalam palungan’” (Lukas 2:8-12)
PENDAHULUAN
Istilah “natal” dari bahasa Portugis yang berarti “kelahiran”,
khususnya kelahiran Tuhan Yesus. Maka hari Natal berarti hari raya
untuk memperingati kelahiran Tuhan Yesus di dalam dunia. Rasul Paulus
mengingatkan dalam 2 Timotius 2:8, “Ingatlah ini: Yesus
Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah
dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku”. Disini
Paulus menyatakan berita kelahiran Kristus, itu penting dalam Injil
(kabar baik) yang disampaikannya dan sama pentingnya dengan berita
kebangkitan Kristus. Peristiwa kebangkitan Kristus kita kenali dengan
sebutan Paskah, dan peristiwa kelahiran Kristus kita kenali dengan Natal. Jadi seharusnya, sebagaimana kita memperingati Paskah, demikian juga seharus kita perlu meperingati natal.
Namun
sayangnya, saat ini realita menunjukkan bahwa banyak orang merayakan
hari Natal, tanpa memahami sama sekali, atau kurang memahami makna Natal
tersebut. Bahkan ada yang berpendapat bahwa Natal adalah suatu perayaan
yang identik dengan pesta, pohon terang, sinterklaas, kado-kado,
doorprice, dan lain-lain. Mereka melupakan Tuhan Yesus, dan lupa
memberitakan tujuan dari kelahiranNya! Seharusnya, pusat dari setiap
perayaan Natal adalah Kristus, karena natal berarti memperingati
kelahiranNya!
MAKNA NATAL
Pertama, Natal (kelahiran Kristus) merupakan klimaks wahyu Allah (pewahyuan khusus). Istilah “wahyu” di dalam Perjanjian Baru berasal dari bahasa Yunani “apokalupsis”, yang berarti “penyataan” atau “hal yang menjadikan sesuatu dikenal orang”
(Galatia 1:12). Maka wahyu merupakan suatu tindakan Allah menyatakan
Dirinya sendiri atau suatu perihal kebenaran-Nya kepada manusia. Alkitab
menceritakan bagaimana Allah memberikan wahyu kepada manusia: (1) Melalui
alam semesta yang indah (Mazmur 19:2); (2) Melalui sejarah manusia dan
bangsa (Yesaya 45:10); (3) Melalui hati nurani manusia (Roma 1:19); (4)
Melalui hal-hal yang bersifat supranatural, misalnya visi, mimpi dan
lain-lain. Hal-hal ini pada umumnya terjadi pada zaman para rasul,
tatkala Alkitab Perjanjian Baru belum digenapi.
Klimaks atau puncak wahyu Allah adalah melalui pribadi Tuhan Yesus (Ibrani 1:1-2), di mana “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita”
(Yohanes 1:14). Kita menyebut Alkitab sebagai wahyu Allah, sebab
Alkitab menyatakan hal-hal yang tersebut di atas (2Timotius 3:16-17; 2
Petrus 1:16-21). Karena itu kita patut bersyukur kepada Tuhan, walaupun
tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah, tetapi Yesus Kristus
sebagai Anak Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya
(Yohanes 1:18). Maka Natal berarti Allah menyatakan diri-Nya melalui pribadi Tuhan Yesus.
Kedua, Natal merupakan realisasi perjanjian Allah. Kurang lebih 3400 tahun yang lalu, seorang nabi yang bernama Bileam telah bernubuat: “... Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel...” (Bilangan
24:17). Bangsa Israel selalu menunggu dan mengharapkan kedatangan
bintang tersebut, sebab mereka yakin terbitnya bintang Yakub, itu
berarti kedatangan Mesias atau Juruselamat ke dalam dunia. Inilah
perjanjian Allah yang terbesar kepada umat manusia. Syukur kepada Tuhan
bahwa pengharapan ini sudah menjadi realita. Pada hari Natal yang
pertama, di langit yang gelap gulita tiba-tiba terbit sebuah bintang
yang terang benderang, sehingga beberapa orang majus dari dunia sebelah
timur melihatnya dan mengetahui ada seorang Raja Agung telah lahir. Maka
mereka dengan tidak mengenal lelah, lalu mengikuti arah bintang
tersebut dan akhirnya sampai ke Betlehem. Mereka menyembah Tuhan Yesus
dan dengan ikhlas memberikan persembahan yang indah kepada-Nya (Matius
2:1-12). Hari Natal berarti terwujudnya perjanjian Allah untuk menyelamatkan manusia melalui pribadi Tuhan Yesus.
Ketiga, Natal merupakan pernyataan kehadiran Allah diantara umatNya (Immanuel). Kata “Immanuel” (Matius 1:23) berarti “Allah menyertai kita”.
Nama ini diberikan kepada seorang bayi yang saat kelahirannya
dinubuatkan oleh Yesaya (Yesaya 7:14). Injil Matius lebih lanjut
mengatakan bahwa nama Immanuel adalah janji kedatangan Allah ke dunia
dalam pribadi Tuhan Yesus. Maka kelahiran Tuhan Yesus merupakan
pernyataan Allah kepada kita, untuk menyelamatkan kita dari dosa (Matius
1:21-23). Kehadiran Kristus memberi kita pengharapan disaat frustasi,
putus asa dan ketidakpastian; memberi terang ditengah kegelapan, memberi
damai sejahtera disaat kekacauan, memberi sukacita ditengah kesedihan. Kehadiran Kristus adalah wujud kasih, kepeduliaan dan solidaritas Tuhan bagi kita yang berdosa, miskin, dan putus asa.
Keempat, Natal adalah Inkarnasi (Allah menyatakan diri dalam rupa manusia). Seorang
Juruselamat yang memadai sebagai pengantara manusia dengan Allah adalah
adalah Pribadi Yesus Kristus. Karena itu inkarnasi diperlukan, Allah
menjadi manusia! Dan, cara yang dipilih olwh Allah adalah kelahiran
melalui seorang perawan. KelahiranNya dari seorang perempuan (inkarnasi)
menunjukkan bahwa Kristus adalah benar-benar manusia dan menjadi sama
dengan kita. Namun, kemanusiaanNya tidaklah sama dengan kita, sebab kita
lahir dengan dosa asal yang diwariskan dan dipertalikan, tetapi Kristus
tidak demikian, kemanusiaanNya benar-benar sempurna. Kelahiran dari
perawan juga berhubungan dengan keilahian Kristus, dimana yang Ilahi
mungkin datang ke dunia melalui kelahiran dari perawan, dan mujizat
kelahiranNya menunjukkan pada keilahian Kristus. Sebab itu ketika
malaikat Gabriel memberitahukan Maria Maria bahwa, “Sesungguhnya
engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan
hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan
disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan
kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya..” (Lukas 1:31-32), Maria
langsung memprotesnya bahwa ia belum bersuami. Namun apa yang dikatakan
malaikat Gabriel jelaslah menunjukkan natur keilahian dari Anak
tersebut, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang
Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan
itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35). Wujud
jasmaniah kemanusiaan Kristus tidak dibawa dari kekekalan melainkan
dicipta, dalam pengertian dibangun dan dibentuk oleh Roh Kudus di dalam
rahim Maria. Sekali lagi, ini bukan berarti menyatakan bahwa Kristus itu
tidak kekal. Keilahiannya kekal karena Ia adalah Allah, namun tubuh
jasmaniah kemanusiaanNya barulah ditambahkan padaNya saat inkarnasiNya,
dan tubuh jasmaniahNya terus dibawa dalam kekekalan setelah dimuliakan
dalam kebangkitanNya. Kenyataan tersebut juga tidak berarti bahwa
kelahiran Yesus bukan merupakan suatu kelahiran yang wajar. Kristus
tetap dikandung dan dilahirkan dengan cara yang wajar. Terlepas dari
cara pembuahannya, Kelahiran Kristus adalah kelahiran yang normal
seperti manusia lainnya (Lukas 2:6-7; Galatia 4:4). Janinnya berkembang
dalam rahim Maria dan lahir ke dunia dengan cara yang normal melalui
saluran kelahiran (reproduksi) Maria. Sama seperti kita, hidup Kristus
berlangsung dalam masa petumbuhan dan perkembangan normal (Lukas
8:40-52; Ibrani 5:8) dalam suatu lingkungan rumah tangga dan keluarga
(Markus 6:1-6).
Kelima, Natal adalah Berita Kesukaan Besar Bagi Seluruh Bangsa. Pada saat kelahiran Kristus, seorang malaikat memberitahu para gembala yang berada di padang Efrata bahwa, “...
sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus,
Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:11-12) . Dengan kelahiharn Kristus,
maka keseukaan bsar bagi seluruh bangsa bukan lagi menjadi suatu
pengharapan, melainkan sudah menjadi kenyataan dan dapat dimiliki oleh
setiap orang. Tujuan Kelahiran Kristus di muka bumi adalah untuk membawa
keselamatan, dan ini adalah suatu berit yang besar yang membawa
kesukaan besar. Dengan menerima anugerah Allah dan percaya kepada
Kristus maka kita dapat memiliki hidup yang kekal dan sukacita yang
besar itu. Kesukaan yang Allah berikan adalah kesukaan sejati bukan
seperti kesukaan yang diberikan oleh dunia ini. Dimana perbedaannya? Pertama, kesukaan dunia sangat tergantung pada situasi dan kondisi, sedangkan kesukan sejati tidak tergantung demikian. Kedua,
kesukaan dunia berasal dari luar ke dalam, sedangkan kesukaan sejati
berasal dari dalam keluar; Ketiga, kesukaan dunia bersifat sementara
atau tidak tahan lama, sedangan kesukaan sejati bersifat kekal atau
selama-lamanya. Dengan percaya dan menerima Kristus, serta melalui
proses kalhiran kembali oleh Roh Kudus kita akan menerima dan memiliki
kesukan besar itu.
Ringkasnya: Dalam
hubungan dengan Allah natal adalah pewahyuan Allah dan penggenapan
Perjanjian Keselamatan, sebagai wujud dari kasih, kepedulian dan
solidaritas Allah. Dalam hubungan dengan Kristus natal adalah Inkarnasi
(Allah menjadi manusia). Tidak ada keselamatan tanpa inkarnasi. Melalui
Inkarnasi Kristus menjadi perantara bagi pendamaian, penebusan, dan
pengampunan dosa-dosa kita. Dalam hubungan dengan manusia natal adalah
berita kesukaan besar bahwa Allah menyertai kita (immanuel), memberi
keselamatan, damai sejatera dan sukacita kepada kita.
TANGGAL KELAHIRAN KRISTUS
Tentang tanggal natal, sebagian ahli teologi dan Alkitab “mengusulkan”
29 September sebagai hari Natal. Hal ini lebih masuk akal, sebab
bertepatan dengan perayaan Tabernakel orang Yahudi. Hari raya Tabernakel
(Sukkot) setiap tahun pada tanggal 15 bulan Tisyri dan dirayakan selama
satu minggu. Ini berarti menurut ketentuan Taurat tanggal kelahiran Yeshua HaMashiach
(Yesus Kristus) jatuh pada tanggal 15 Tisyri menurut kalender Yahudi.
Menurut kalender international (Gregorian), tanggal 15 Tisyri berkisar
antara akhir bulan September atau awal Oktober. Penanggalan Bulan
Yahudi berturut- turut adalah sebagai berikut: Nisan, Iyar, siwan,
Tamus, Abib, Elul, Tisyri, Markhesyawan, Kislew, Tebet Syebat dan Adar.
Bulan Nisan dihitung dari bulan Maret (Kalender Romawi).
Kita
ingat bahwa, Injil Lukas 1:5 mencatat bahwa Zakaria, suami Elisabet,
kakak ipar Maria ibu Yesus, menjadi imam dari rombongan Abia. Menurut
1Tawarikh 24:10 rombongan Abia mendapat urutan ke-8 dalam tugas di Bait
Suci. Tiap rombongan bertugas rutin satu minggu, dua kali dalam
setahun. Jadwal tugas imam ditetapkan menurut kalender keagamaan yang
dimulai dengan bulan Nisan yaitu pertengahan Maret. Jadi Zakaria
bertugas pada pertengahan Mei. Tetapi karena hari raya Syavuot
(Pentakosta) jatuh pada akhir Mei dan semua imam diminta bertugas
bersama, Zakaria harus menetap di Bait Suci untuk tambahan dua minggu.
Akibatnya ia baru pulang ke rumah untuk menemui isterinya pada awal
minggu kedua bulan Juni. Elisabet mulai hamil pertengahan Juni (Lukas
1:24). Pada saat Elisabet hamil 6 bulan, malaikat Gabriel datang kepada
Maria, yaitu pertengahan Desember. Maria mulai mengandung saat itu
(Lukas 1:36). Walaupun Yesus dikandung dari Roh Kudus (Lukas 1:35),
Yesus dilahirkan pada akhir bulan September atau awal Oktober dan saat
itulah orang Yahudi merayakan hari raya Tabernakel.
Pada
umumnya gereja Kristen menentukan 25 Desember sebagai hari Natal, tetapi
gereja Ortodoks Yunani menentukan 6 Januari sebagai hari Natal. Atas
kedua tanggal tersebut tidak ada bukti-bukti dalam Alkitab untuk disebut
sebagai hari kelahiran Yesus. Lalu, mengapa dunia merayakan kelahiran
Yesus pada 25 Desember? Kelahiran Yesus tidak pernah dirayakan sampai
tahun 336 M. Kelahiran-Nya mulai dirayakan setelah kaisar Roma yang
bernama Konstantin (285-337 M) menyatakan diri menjadi pemeluk Kristen.
Sudah menjadi tradisi setiap 25 Desember penduduk kota Roma merayakan
pesta besar yang disebut Saturnalia Romawi untuk menyambut kembalinya
matahari ke belahan bumi utara setelah mencapai garis balik selatan.
Ketika siang hari menjadi lebih panjang, dewa matahari dianggap telah
lahir kembali dan mereka bergembira-ria sambil tukar-menukar hadiah.
Ketetapan untuk mengkonversikan 25 Desember menjadi hari raya Kristen
dengan menjadikannya sebagai hari kelahiran Yesus dilakukan oleh Paus
Julius I pada pertengahan abad 4 di kota Roma. Ketetapan tersebut tidak
dapat diterima oleh gereja-gereja di Yerusalem yang menolaknya sampai
abad 6 . Setelah itu secara tidak resmi umat Kristiani menerima 25
Desember sebagai hari kelahiran Yesus, walaupun banyak yang mengetahui
bahwa itu bukan tanggal yang sesungguhnya.
PENUTUP : PRAKTIK NATAL MASA KINI
Mengapa
kita merayakan hari Natal? Bagaimana dengan praktik natal yang
semestinya? Berdasarkan yang sudah dijelaskan diatas dan berdasarkan
pernyataan Paulus dalam 2 Timotius 2:8 maka, seharusnya dalam
praktiknya, perayaan Natal adalah : Pertama, sebagai suatu berita bahwa “Kristus Yesus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa” (1 Timotius 1:15). Hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberitakan Injil. Kedua, pesta natal, pemberian
kado, hadiah natal dan door price bila dilakukan dengan kasih akan
mengingatkan kita akan hadiah yang terbesar, yang Allah Bapa karuniakan
kepada kita Yesus Kristus, putraNya yang tunggal (Yohanes 3:16). Maka
sebelum kita memberikan kado kepada orang yang kita kasihi, kita
terlebih dahulu memberikan diri kita sendiri sebagi kado untuk Tuhan. Ketiga,
melalui perayaan Natal, kita pun boleh memberitakan cerita Natal kepada
anak-anak kita dan orang lain. Banyak orang yang sudah meninggalkan
Tuhan, bertahun-tahun tidak pernah ke gereja, namun mereka masih
teringat cerita-cerita tentang orang majus dan bintang terang, kandang
domba dan palungan, malaikat dan gembala di padang rumput, dan
lain-lain. Kesan-kesan Natal inilah yang sering mengembalikan mereka
yang terhilang untuk pulang ke rumah Bapa. Keempat, tetang pohon terang,
walau tidak terdapat di dalam Alkitab. Namun kini pohon terang sudah
menjadi suatu simbol perayaan Natal. Kita boleh memakai simbol ini
dengan aplikasi yang benar. Misalnya, pohon terang melambangkan Kristus
sebagai terang dunia (Yohanes 9:5) dan hendaklah kita “bercahaya di
depan orang” agar Bapa yang di surga dipermuliakan (Matius 5:16).
Akhirnya, tentang tanggal natal seperti disebutkan di atas, sebagian sarjana teologi dan Alkitab “mengusulkan”
29 September sebagai hari Natal. Hal ini lebih masuk akal, sebab
bertepatan dengan perayaan Tabernakel orang Yahudi. Pada umumnya gereja
Kristen menentukan 25 Desember sebagai hari Natal, tetapi gereja
Ortodoks Yunani menentukan 6 Januari sebagai hari Natal. Atas kedua
tanggal tersebut tidak ada bukti-bukti dalam Alkitab untuk disebut
sebagai hari kelahiran Yesus. Jika demikian, mengapa kita merayakan hari
Natal pada tanggal 25 Desember? Atau: Apakah artinya merayakan Natal,
sedangkan tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Tuhan Yesus?
(1) Kita percaya bahwa Tuhan Yesus sungguh dilahirkan oleh anak dara
Maria di Betlehem. Jadi ia pasti mempunyai hari ulang tahun-Nya,
walaupun kita tidak mengetahui tanggalnya. (2) Perayaan hari Natal
merupakan suatu kesempatan di mana kita dapat menyaksikan kepada dunia
bahwa Juruselamat sudah dilahirkan. Dan khususnya di negara yang kita
diami ini, para hari Natal terbuka banyak kesempatan untuk bersaksi dan
mengadakan aktivitas-aktivitas kristiani dalam mewujudnyatakan kasih,
kepedulian dan solidaritas kepada sesama.
Selamat Natal 2014!
Anderson, Leith. A., 2009. Yesus : Biografi Lengkap Tentang PribadiNya, NegaraNya, dan BangsaNya. Terjemahan, Penerbit ANDI : Yogyakarta.
Archer, Gleason L., 2009. Encyclopedia of Bible Difficulties. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Beker, Charles. F., 1994. A Dispensasional Theology. Terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta.
Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.
Eaton, Michael 2008. Jesus Of The Gospel. Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen, Jilid 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Ferguson, Sinclair B, D.F. Wraight & J.I Packer, ed. 2009. New Dictionary of Theology. Jilid 1, Terjemahan, Literatur SAAT: Malang.
Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan
Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 3. Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
__________________., 2009. Pengantar Perjanjian Baru. Jilid 1 Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Pandensolang, Welly., 2009. Kristologi Kristen. Penerbit YAI Press : Jakarta.
Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.
Purnomo, David Pan., 1994. Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Kontemporer. Pernerbit SAAT: Malang, hal. 23.
Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.
Sandison, George & Staff., 2013. Bible Answers for 1000 Difficult Questions. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Stuart, Douglas & Gordon D. Fee., 2011. Hermeneutik: Menafsirkan Firman Tuhan Dengan Tepat. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Tabb, Mark, ed., 2011. Mari Berpikir Tentang Teologi: Apa Yang Kita Yakini. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Yancey, Philip, 1997. Bukan Yesus Yang Saya Kenal. Terjemahan, Penerbit Profesional Books : Jakarta.
Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
0 Response to "KELAHIRAN KRITUS DAN MAKNA NATAL BAGI KITA SAAT INI "
Post a Comment